Rabu, 25 Januari 2012

GAMELAN BALI.


Sejarah Gamelan (Musik Bali)
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Tinjauan Musik Bali
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes Gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Jenis Gamelan Bali :
Gamelan Gong Kebyar
Gamelan Gong Kebyar telah menjadi wadah utama dalam membahas berbagai instrumen musik dan berbagai masalah teknis karena orkes inilah yang paling sering digunakan dalam berbagai pertunjukkan untuk para turis, dan merupakan jenis gamelan yang paling ingin diketahui oleh komunitas Bali.
Gamelan Angklung
Pada festival-festival Pura, keriangan melodi 4-nada gamelan angklung dimainkan dengan alunan kontras dan sakral dengan komposisi lelambatan yang seringkali terdengar dimainkan terus menerus.
Gender Wayang
Banyak wisatawan datang ke Bali yang pada awalnya mendengarkan musik Bali dimainkan dengan gender wayang secara berpasangan atau kuartet, yang diletakkan dibagian sisi lobi hotel. Dimainkan dengan suara background pengiring merupakan ciri khas gamelan elit ini. Tetapi para pemainnya, setelah beberapa generasi, melampiaskan emosi mereka dengan tatanan teknis tinggi dan paling kompleks dari seluruh musik Bali.
Gamelan Jegog
Komoditas bambu di Bali bagian barat mencapai kuantitas yang begitu besar dan ini tidak terdapat dibagian lain dari daerah ini. Sumber daya alam ini dimanfaatkan oleh para musisi lokal dengan menciptakan gamelan jegog, maka merekapun menamakan kelompok musisi ini jegogan.
Struktur Musik Gamelan Bali.
Kotekan
Salah satu elemen yang menonjol dari musik gamelan Bali – khususnya orkes gong kebyar – adalah kotekan, irama interlocking cepat yang memungkinkan hampir semua komposisi kebyar. Kotekan menciptakan suara yang unik: satu kelompok gangsa (bronze metallophones) yang dipukul dengan stik kayu menghasilkan nuansa suara dengan nada yang lebih tinggi dari instrumen lain; reong, serangkaian gong-gong kecil yang dimainkan oleh empat musisi, menghasilkan nada tinggi tapi lembut (kompleks) dan warna suara khusus, dan instrumen-instrumen ini dituntun oleh sepasang drumer yang memainkan figurasi interlocking yang berbeda.
Kotekan Telu
Sementara dua jenis kotekan yang diterangkan diatas menggunakan teknik yang relatif sederhana untuk membagi sebuah figurasi – yaitu dengan mengisi kekosongan antar ketukan (nyong cag) atau mengalihkan sebuah nada dan nada tinggi setelah nada tersebut (nyok cok) – kotekan telu memungkinkan kombinasi yang lebih beragam, baik dalam irama ataupun melodi. Disini, secara literal, teknik aplikasi nada antara sangsih dan polo menjadi sangat penting.
Kotekan Empat
Dalam kotekan empat, para musisi akan lebih mampu melakukan penggabungan bagian polo dan sangsih menjadi figurasi kompleks. Disini, jarak figurasi adalah empat nada, dimana polos biasanya memainkan dua nada rendah dan sangsih memainkan dua nada tinggi.
Struktur Kotekan
Dalam pembahasan berikut ini tentang teknik-teknik khusus yang digunakan dalam kotekan, prinsip eloborasi melodi yang digambarkan diatas perlu diingat. Hal ini dimaksudkan agar hubungan figurasi melodi jelas, melodi tersebut selalu tampil bersama, dengan melodi pokok dinotasikan dibawah kotekan.



sumber : https://sites.google.com/site/artdirectorysite/Home/musik-etnik/gamelanmusikorkestraritmik

0 komentar:

Posting Komentar