Selasa, 04 Oktober 2011

BALI DAN BANTEN: Mendalami Ajaran Yoga Dalam Upakara

BALI DAN BANTEN:
Mendalami Ajaran Yoga Dalam Upakara
 
Sarana upacara adalah upakara. Di Bali upakara dipopulerkan dengan istilah banten, sedangkan di India, upakara disebut wedya. Istilah wedya sebenarnya juga terdapat di dalam pustaka agama Hindu di Bali yang juga berarti banten. Upakara atau banten merupakan perwujudan dan ajaran bhakti marga dan karma marga.
Kata upakara terdiri atas dua kata yaitu upa yang berarti sekeliling atau sesuatu yang berhubungan dengan, dan kara artinya tangan. Jadi upakara berarti segala sesuatu yang dibuat oleh tangan, dengan lain perkataan suatu sarana persembahan yang berasal dan jerih payah bekerja.
Banten juga disebut wali. Maka upacara Dewa yadnya disebut juga pujawali. Kata wali mengandung pengertian: wali berarti wakil dan wali berarti kembali. Wali yang berarti wakil mengandung makna simbolis filosofis bahwa banten itu merupakan wakil daripada isi alam semesta yang diciptakan oleh Sang Hyang Widhi. Wali yang berarti kembali mengandung makna bahwa segala yang ada di alam semesta ini yang diciptakan oleh Sang Hyang Widhi dipersembahkan kembali oleh manusia kepadaNya sebgai pernyataan rasa terimakasih. Banten juga berarti bali. Bali dalam bahasa Sansekerta berarti persembahan kepada bhuta, sehingga bhuta yadnya disebut sebagai bali harana atau bali karmana.
Banten memiliki banyak jenis dan bentuk serta bermacam-macam bahan. Secara sepintas banten kelihatannya unik dan rumit. Namun apabila diselidiki secara mendalam aka dapat dipahami bahwa banten mengandung arti simbolik dan filosofis yang tinggi serta terpadu dengan seni rupadanseniriasyangmengagumkan.
Faktor seni dalam banten mempunyai arti penting karena dapat menuntun fikiran yang penuh rasa bahagia dalam menuju Hyang Widhi. Oleh karena itu faktor seni dalam keagamaan adalah positif karena berperan sebagai penunjang pelaksnaan upacara agania untuk memekarkan rasa serta meningkatkan kemantapan perasaan.
Meskipun bahan banten terdiri dan bermacam-macam, namun prinsipnya bahan banten itu terdiri dari unsur isi alam, yaitu:
1. Mataya, adalah bahan banten yang berasal dari sesuatu yang tumbuh atau tumbuh-tumbuhan seperti daun, bunga, buah dan  sebagainya.
2. Maharya, adalah bahan banten yang berasal dari sesuatu yang lahir, diwakili oleh binatang-binatang tertentu seperti kerbau, kambing, sapi dan sebagainya.
3. Mantiga, adalah bahan banten yang berasal dari yang lahir dari telor, termasuk telor itu sendiri seperti ayam, itik, angsa, telor ayam, telor itik, telor angsa dan sebagainya.
4. Logam atau datu seperti perak, tembaga, besi, mas, timah (panca datu).
5. Air atau cairan. Ada lima macam cairan atau air yang dipakai banten yaitu:
    a. Air yang berasal dari jasad atau sarira, diwakili dengan empehan atau susu.
    b. Air yang berasal dari buah-buahan, diwakili dengan berem.
    c. Air yang berasal dari uap atau kukus diwakili dengan arak.
    d. Air yang berasal dari sari bunga diwakili dengan madu
    e. Air yang berasal dari tanah atau bumi diwakili oleh air hening. Kelima zat cair ini disebut panca amerta.
6. Api dalam wujud dupa dan dipa
7. Angin dalam wujud asap yang harum
Inilah isi dalam ciptaan Ida Sang Hyang Widhi yang dipersembahkan kembali kepada Beliau.
Ajaran agama Hindu meliputi sesuatu yang lahiriah dan batiniah serta dapat dilaksanakan secara individual dan kolektif. Sifat ajarannya adalah luwes dan elastis. Keluwesannya dinyatakan dengan istilah desa, kala, patra yang artinya agama Hindu dapat dilaksanakan menurut tempat waktu dan keadaan. Sifat elastis memberikan peluang pelaksanaan agama Hindu menyesuaikan diri dengan peningkatan teknologi kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan jaman serta situasi ekonomi dan zaman ke zaman. Adanya sifat luwes dan elastis itu karena Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu bersifat mengatasi ruang dan waktu.
Di dalam kaitannya dengan upakara dan upacara agama Hindu, sifat luwes dan elastis itu selain berlandaskan desa, kala dan patra, namun juga dapat dilaksanakan menurut tingkatan kanista, madya dan utama. Kanista berarti sesuatu yang menjadi prinsip di dalam upacara dan upakara itu yang harus ada. Madya adalah pengembangan dari prinsip tersebut sehingga menjadi lebih besar dari kanista. Utama adalah pengembangan dan penambahan dari madya sehingga tampak menjadi lebih besar dari tingkatan madya. Apabila yang prinsip dilaksanakan, maka upacara dan upakara itu sudah benar menurut ajaran agama Hindu. Apabila melaksanakan yang madya atau utama tetapi tidak memperhatikan yang prinsip itu, maka upacara dan upakara itu tidak mengenai sasaran yang dituju.
Ada tiga hal yang seimbang di dalam melakukan upacara atau yadnya yaitu: Upacara, upakara dan pujamantra yang digunakan oleh Pedanda dalam memimpin upacara. Apabila ketiganya tidak seimbang, maka akan terjadilah ketimpangan dalam pelaksanaan upacara agama. Selain itu harus diciptakan kemanunggalan trimanggalaning yadnya yaitu : orang yang beryadnya, wiku tapini atau tukang banten dan Pedanda yang muput upacara tersebut.
Seni budaya merupakan penunjang sarana upacara. Berbagai kesenian berperan dalam menurijang upacara seperti : seni rias yang dipancarkan oleh bentuk banten, seni suara berupa kidung kakawin atau lagu-lagu pujaan, seni tari berupa seni sakral dan seni wali, seni tabuh berupa gamelan, serta aturan busana upacara agama. Dengan adanyan seni budaya yang menunjang upakara dan upacara maka upacara tersebut menjadi begitu meriah dan memberikan rasa bahagia. Seni budaya tersebut sesungguhnya bukan seni melulu, melainkan suatu seni yang mengandung makna simbolis tertentu dan membungkus ajaran tattwa agama.

Hadirnya banten dalam tradisi Hindu di Bali sesungguhnya melewati perjalanan sejarah yang panjang. Di dalam kitab Yajur Weda dapat diketahui adanya persembahan yang dihaturkan kepada Dewa sebagai manifestasi dan Brahman berupa gandam, ksatam, puspam, dupam, dipam, toyam, gretam dan soma. Sesuai dengan namanya sendiri bahwa Yajur Weda artinya pengetahuan yang digunakan untuk persembahan. Materi persembahan dalam Yajur Weda tersebut kita lihat sekarang dalam bentuk tetandingan banten. Memang dalam kitab Yajur Weda belum disebutkan binatang sebagai persembahan.
Selanjutnya apabila kita mendalami konsepsi tantrayana yang juga berpengruh di Bali kita mengetahui adanya konsep panca tattwa terdiri atas matsya, mamsa, madhya, maithuna dan mudra. Matsya yaitu ikan, mamsa adalah daging, madhya adalah minuman, maithuna adalah penyatuan pikiran atau samyoga, dan mudra adalah sikap tangan yang mengandung kekuatan gaib. Ajaran tantra adalah ajaran yang sangat kompleks serta dalam. Pada intinya tantrayana mengajarkan suatu keharmonisan antara sekala dengan niskala atau wahya dan dhyatmika.

Di samping ajaran Weda dan Tantrayana, alam pikiran lokal juga melandasi adanya banten yang dikemas dalam simbol-simbol pengharapan manusia terhadap sesuatu. Hal ini sangat tampak dalam upacara pitra yadnya, manusa yadnya dan bhuta yadnya. Alam pikiran lokal itu ditunjang oleh berbagai kreasi imat Hindu setempat sebagai perwujudan rasa indah dalam memuja Hyang Widhi dan para arwah leluhur. Konsepsi Weda, tantrayana yang berasal dan India serta alam pikiran lokal sebagai budava ash Indonesia, ketiganya terpadu dan luluh secara harmonis menjadi satu yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk banten sekarang. Itulah sebabnya banten di Bali memancarkan nilai keindahan penuh makna simbolis dan sangat unik. Sistem seperti itu meresapi pula kehidupan sosial budaya dan agama Hindu di Bali sehingga menciptakan suatu tatanan kehidupan masyarakat umat Hindu yang mencakup tata kemasyarakatan dan tata keagamaan.
Ketika banten disusun sedemikian rupa menjadilah ia sebuah candi banten, sekaligus sebagai sebuah persembahan. Candi banten adalah tempat mensthanakan Tuhan Yang Maha Suci, sehingga banten benar-benar dijaga kesuciannya. Bahan-bahan terpilih tidak saja bersih tapi juga suci atau sukia. Demikian juga halnya dengan proses pembuatannya. Umat Hindu khususnya kalangan wanita mempraktekkan ajaran yoga dengan pemusatan pikiran dalam membuat banten. Jadi banten dibuat tidak saja dengan proses kreatif tetapi juga dengan proses yoga dengan mengutamakan nilai-nilai kesucian. Ada pernusatan pikiran disini, dengan menggerakkan jan- jemani bagaikan sedang berjapa. Seperti itulah para tukang banten dan para wiku tapini melakukan aktifitas penuh makna kesucian, membuat banten dalam posisi bajra asana atau padma asana memusatkan pikiran kepada Sang Pencipta.
Man kita berusaha mewujudkan bhakti yoga marga dan karma yoga marga sekaligus dengan jnana yoga marga dan raja yoga marga dalarn proses membuat banten, dalam suasana yang hening, heneng dan suci. Semoga dengan demikian Ida Hyang Widhi rang Maha Suci menganugrahi kita kesucian pikiran dan kerahayuan dalam hidup ini (Diah). •

Doa/Mantra Sehari-hari






Doa / Mantra Sehari-hari
Pada waktu bangun pagi: Om, Utedanim bhagavantah syamota prapitva uta madhye ahnam, utodinau madhvantan tsuryasya vayam devanam sumantausyama.(Atharva Veda III.16.4)
"Ya Tuhan Yang Maha Pemurah! Jadikanlah kami selalu bernasib baik pada pagi hari ini, menjelang tengah hari, apalagi matahari tepat di tengah-tengah dan seterusnya. Semoga para Dewa berkenaan menganugharkan rakhmat-Nya kepada kami".
Menggosok gigi Om Cri Dewi Bhatrimsa Yogini namah
Om, sujud pada (sakti-Mu) Cri Dewi Bhatrimsa (dan) Yogini.
Membersihkan mulut: Om Um Phat astraya namah.
Om, sujud kepada Um, astra Phat (itu).
Mencuci muka: Om Um Waktra Paricuddha mam swaha.
Om, Om (dewi) membersihkan muka hamba.
Pada waktu mandi: Om, Gangga-Amrta-Sarira Cuddha Mam Swaha.
Om, Amrta dari Gangga, membuat badan hamba suci.
Pada waktu berpakaian: Kaupina Brahma-Samyuktah, mekhala Wisnu-Samsmrtah Antarwasewaro dewah, bandham astu Sada Ciwa.
Penutup berpakaian adalah Brahma, pengikat pinggang (adalah) Wisnu, penutup tubuh (oleh) Iswara (dan) Sada Ciwa pengikat semuanya.
Pada waktu makan:
1) Menjelang makan:
Om Hiranyagarbhah samavartatagre bhutasya jatah patikreka asit, sa dadhara prithivim dyam utema kasmai devaya havisa vidhema.
Ya Tuhan Yang Maha Pengasih! Engkau asal alam semesta dan satu-satunya kekuatan awal, Engkau yang memelihara semua mahluk, seluruh bumi dan langit. Kami memuja Engkau.
2) Sesudah makan: Om Purnamadah purnamidam Purnat murnam adaya purnasya purnam adaya purnam evavasisyate.
Ya Tuhan Yang Maha Sempurna! Yang membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu. Engkau adalah kekal. Kami mendapat makanan yang cukup dan atas anugrah-Mu kami menghaturkan terima kasih.
Sebelum memulai pekerjaan atau kegiatan: Om Avighnam astu namasiddham.
Ya Tuhan semoga tiada halngan dan berhasil.
Mohon perlindungan: Om Apasyam gopam anipadyamanam a ca para ca prthibhih carantam sa sadhricih sa visucir vasana.
Ya Tuhan! hamba memandang Engkau Maha Pelindung, yang terus bergerak tanpa berhenti, maju dan mundur di atas bumi. Ia yang mengenakan hiasan yang serba meriah, muncul dan mengembara terus bersama bumi ini.
Mohon kebenaran (jalan yang benar): Om A visvadevam satpatim suktai adya vrnimahe stayasavam sawitaram.
Ya Tuhan Yang Maha Agung! dengan kidung kami memujaMu, Tuhan sumber kebaikan! Engkau Maha Cemerlang yang memiliki takdir yang maha benar.
Salam Penganjali
(salam penghormatan) :
Om Svastyastu.
Semoga selalu ada dalam keadaan baik (selamat) atas karunia Tuhan (Hyang Widhi Wasa).
Salam Penganjali
(salam penghormatan) :
Om santhi, Santhi, Santhi, Om.
Semoga damai, damai di dunia, damai di akhirat dan damai selalu.
Doa Menjelang makan Om Ang kang kasol kaya isana ya namah, svasti-svasti sarva deva bhuta sukha, pradhana purusa sang yoga ya namah.
Ya Hyang Widhi, yang bergelar Isana, hamba persembahkan seluruh makanan ini kehadapan-Mu, semoga semua makhluk berbahagia.
Doa Mulai Makan Om Anugraha Amertadi sanjivani ya namah svaha.
Ya Hyang Widhi, semoga makanan ini menjadi penghidupan hamba lahir bathin yang suci.
Doa Selesai Makan Om Dhirgayur astu, avighnam astu subham astu Om Sriyam bhavantu, purnam bhavantu, ksama sampurna ya namah svaha.
Ya Hyang Widhi, semoga makanan yang telah masuk ke dalam badan hamba memberi kekuatan, keselamatan, panjang umur dan tak kena halngan apapun. Demikian pula agar hamba mendapatkan kebahagiaan dan suka cita dengan sempurna.
Doa Selesai Makan
Dapat pula menggunakan doa (mantra) berikut:
Om Annapate annasya no dehyanmi vasya susminah, pra-pra dataram taris urjam no dhehi dvipade catuspade.
(Yajur Veda XI.83)
Ya Hyang Widhi, Engkau penguasa makanan, anugrahkanlah makanan ini memberikan kekuatan, menjauhkan dari penyakit. Selanjutnya bimbinglah kami, anugrahkanlah kekuatan kepada mahluk berkaki empat dan dua.
Doa saat melakukan Yadnya Sesa (Ngejot) : "Om Sarva bhuta sukha pretebhyah svaha".
Ya Hyang Widhi, hamba berikan sedikit kepada sarwa bhuta agar tidak mengacau.
Doa Memulai Sesuatu Kegiatan: Om Avighnam astu namo sidham Om Sidhirastu tad astu astu svaha.
Ya Hyang Widhi, semoga atas perkenan-Mu tiada suatu halangan bagi kami memulai pekerjaan (kegiatan) ini dan semoga sukses.
Doa Mohon Inspirasi : Om Pra no devi sarasvati vajebhir vajinivati dhinam avinyavantu.
(Rg Veda VI.61.4)
Ya Hyang Widhi, Hyang Saraswati Yang Maha Agung dan Kuasa, Engkau sebagai sumber ilmu pengetahuan, semoga Engkau memelihara kecerdasan kami.
Doa Memohon Kesehatan : Om Vata a vatu bhesajam sambhu majobhu no hrde, pra na ayumsi tarisat.
(Rg Veda X.1986.1)
Ya hyang Widhi, semoga Wayu menghembuskan angin sejuk-Nya kepada kami. Wayu yang memberikan kesehatan dan kesejahteraan kepada kami. Semoga Ia memberikan umur panjang kepada kami.
Doa Mohon Bimbingan Spiritual : Om Asato ma sadgamaya tamasoma ma tyotir gamaya mrtor ma amrtam gamaya.
(Brh. Ar. Up. XL.15)
Ya Hyang Widhi, bimbinglah kami dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah kami dari kegelapan pikiran menuju cahaya (pengetahuan) yang terang. Bimbinglah kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi.
Doa Mohon Kebahagiaan dan Keberuntungan : Om sarve bhavantu sukhinah sarve santu niramayah sarve bhadrani pasyantu ma kascid duhkha bhag bhavet
Ya Hyang Widhi, semoga semuanya memperoleh kebahagiaan, semoga semuanya terbebas dari penderitaan, semoga semuanya dapat memperoleh keberuntungan, semoga tiada kedukaan.
Doa Memulai Belajar : Om Agne naya supatha raye asman visvani deva vayunani vidvan, yuyodhyasmaj juhuranam eno bhuyistam te namauktim vidhema.
(Rg Veda I.189.1)
Ya Hyang Widhi (Hyang Agni), tunjukkanlah kepada kami jalan yang benar untuk mencapai kesejahteraan; Hyang Widhi yang mengetahui semua kewajiban, lenyapkanlah dosa kami yang menyengsarakan kami. kami memuja Engkau.
Doa Menghilangkan Rasa Takut : Om Om Jaya jivad sarira raksan dadasi me, Om Mjum sah vaosat mrityun jaya namah svaha.
Ya Hyang Widhi Yang Maha Jaya, yang mengatasi segala kematian, kami memuja-Mu. Lindungilah kami dari mara bahaya.
Doa Selesai Melakukan Kegiatan: Om Deva suksma parama acintya ya namah svaha sarva karya prasidhantam. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.
Ya Hyang Widhi dalam wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maka karya, atas rakhmat-Mu maka pekerjaan ini sukses. Semoga damai selalu.
Doa Sebelum Tidur: Om Yajjagrato duram udaiti daivam tad u suptasya tatha iva iti, durangamam jyotisam jyotir ekam tanme manah siva samkalpam astu.
(Yajur Veda XXXIV.1)
Ya hyang Widhi, Engkau nampak jauh dari orang yang tidur, nampak jauh dari orang yang terjaga. Engkau sinar utama, yang nampak jauh itu, semoga pikiran kami senantiasa mengarah kepada Engkau, yang baik itu.
Doa Untuk Ketabahan Hidup: Om Krdhi na udhvarny carathaya jivase.
Ya Hyang Widhi, semoga kami bisa tetap tegak dalam perjalanan hidup kami.
Doa Untuk Orang Meninggal
(yang disampaikan/diucapkan saat bela sungkawa):
Om vayur anilam amrtam athedam bhasmantam sariram Om krato smara, klie smara, krtam smara.
(Yajur Veda XL.15)
Ya Hyang Widhi, Penguasa hidup, pada saat kematian ini semoga ia mengingat wijaksana suci Om, semoga ia mengingat Engkau Yang Maha Kuasa dan kekal abadi. Ingat pula kepada karmanya. Semoga ia mengetahui bahwa Atma adalah abadi dan badan ini akhirnya hancur menjadi abu.
Dapat pula menggunakan doa (mantram ) berikut ini:

a. Saat melihat atau mendengar orang meninggal:
Om svargantu, moksantu, sunyantu, murcantu, Om ksama sampurna ya namah svaha.
Ya Hyang Widhi, semogalah arwah almarhum mencapai sorga, manunggal dengan-Mu, mencapai keheningan tanpa suka-duka. Ampunilah ia, semoga sempurna atas Kemahakuasaan-Mu.
b. Saat mengunjungi orang sakit: Om sarva vighna sarva klesa, sarva lara roga vinasa ya namah.
Ya Hyang Widhi, semoga segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan binasa oleh-Mu.
Doa Untuk Pembukaan Rapat (sidang) atau Seminar: Om sam gacchadhvam sam vadadhvam sam vo manamsi janatam, devo bhagam yatha purve samjanana upasate.
(Rg. Veda X.191.2)
samano mantrah samitih samani samanam manah saha cittam esam, samanam mantram abhi mantraye vah samanena vo havisa juhomi.
(Rg Veda X.191.3)

samani va akutih samana hrdayani vah samanam astu vo mano yatha vah susahasati.
(Rg Veda X.191.4)
Ya Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), semogalah pertemuan dan rapat ini mencapai satu kesepakatan. Semoga tercapai tujuan bersama, kesepakatan bersama satu dalam pikiran menuju stau tujuan.

Ya Hyang Widhi, Engkau canangkan satu tujuan, tujuan bersama kami sekalian, kami adakan pemujaan dengan persembahan bersama, agar tujuan kami satu, seia dan sekata.
Doa Untuk Menutup Suatu Pertemuan: Om dyauh santir antariksam santih prthiva santir apah santir osadhayah santih vanaspatayah santir visve devah santir brahma santih sarvam santih santir eva santih sa ma santir edhi.
(Yayur Veda XXXVI.17)
Ya Hyang Widhi Yang Maha Kuasa, anugrahkanlah kedamaian di langit, damai di angkasa, damai di bumi, damai di air, damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para Dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta, semogalah kedamaian senantiasa datang pada kami.

Ramalan Sabda PaLon Naya Genggong


1. PADA SIRA NGELINGANA Carita ING Nguni-Nguni KANG kocap ING sorat babad Babad nagri MOJOPAHIT Nalika DUKING Nguni SANG-A BRAWIJAYA Prabu PAN samya PEPANGGIHAN kaliyan NJENG SUNAN KALI SABDA Palon NAYA GENGGONG RENCANGIRA
1. Siapapun ingatlah Kisah yang sudah lama Yang disebutkan dalam surat babad Babad (kisah) kerajaan Majapahit saat masa itu Sang Prabu Brawijaya Mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga Prabu didampingi oleh Sabda Palon Naya Genggong
2. SANG-A Prabu Brawijaya SABDANIRA ARUM MANIS nuntun dhateng PUNAKAWAN: "SABDA Palon paran KARSI JENENGSUN SAPUNIKI WUS NGRASUK AGAMA ROSUL HEH TA kakang manira MELUWA AGAMA SUCI luwih becik IKI AGAMA KANG MULYA"
2. Prabu Brawijaya Bersabda lemah-lembut kepada pendetanya: "Sabda Palon yang aku hormati Keadaanku sekarang begini Sudah masuk Islam Bagaimana Anda Ikutlah memeluk agama suci Agama yang sangat baik dan mulia"
3. SABDA Palon matur SUGAL :  "YEN kawula boten ARSI NGRASUKA AGAMA ISLAM WIT kula puniki YEKTI RATUNING DANG Hyang JAWI momong MARANG ANAK PUTU sagung KANG PARA NATA KANG jumeneng TANAH JAWI WUS PINASTHI SAYEKTI kula PISAHAN"
3. Sabda Palon menjawab kasar: "Kalau saya tidak mau Memeluk agama Islam Karena saya ini adalah benar-benar Pemimpin para Pendeta Hindu di Jawa Yang memelihara terus keturunan Semua raja-raja yang ada di tanah Jawa Sudah pasti dan sungguh-sungguh saya harus pergi"
4. "Klawan PADUKA SANG NATA wangsul maring SUNIYA Ruri MUNG kula matur PETUNGNA ing benjang SAKPUNGKUR MAMI YEN wus prapta KANG Wanci jangkep GANGSAL ATUS TAHUN WIT ING dinten punika kula ngantos KANG AGAMI GAMA Siwa-Boda kula SEBAR TANAH JAWA"
4. "Kemudian paduka Prabu Saya akan kembali ke asal (meninggal) Namun saya minta untuk dicatat Dikemudian hari sepeninggal saya Kapan sudah sampai saatnya Genap 500 tahun sejak hari ini Saya bersikeras hati Akan menyebarkan kembali agama Siwa-Boda (Hindu) di Jawa"
5. Sinten TAN purun NGANGGEYA YEKTI kula RUSAK SAMI SUN SAJEKKEN PUTU kula BERKASAKAN RUPI-RUPI dereng LEGA KANG ATI YEN durung LEBUR ATEMPUR kula damel PRATANDHA PRATANDHA TEMBAYAN MAMI Hardi MERAPI YEN WUS NJEBLUG MILI lahar
5. Siapa yang tidak mau memeluk Sungguh aku hancurkan semua Saya lindungi keturunan saya dari kemarahan jin setan dan sebagainya Belum puas Kapan belum hancur lebur Saya akan memberi tanda Tanda pukulan saya Kapan kelak Gunung Merapi meletus melimpahkan lahar
6. Ngidul NGILEN PURUGIRA NGGANDA BANGER ingkang warih Nggih punika MEDAL kula WUS nyebar AGAMA BUDI MERAPI JANJI MAMI ANGGERENG JAGAD satuhu KARSANIRENG JAWATA sadaya GILIR gumanti boten kenging KALAMUNTA KAOWAHAN
6. Ke arah barat-daya alirannya Airnya berbau busuk Ya itulah tanda kedatangan saya Telah menyebar agama Siwa-Bodha Gunung Merapi sebagai janji saya Menggetarkan seluruh dunia Yang terjadi di Jawa Semua akan berganti Tak dapat diubah lagi
7. Sanget-SANGETING SANGSARA KANG tuwuh ING TANAH JAWI SINENGKALAN TAHUNIRA LAWON SAPTA NGESTHI AJI upami NYABRANG KALI prapteng TENGAH-TENGAHIPUN KALINE BANJIR Bandhang JERONE NGELEBNE jalmi kathah SIRNA manungsa prapteng PRALAYA
7. Amatlah sengsara Yang tinggal di tanah Jawa Selalu mendapat bencana Pada tahun 1878 Saka (= 1956 M) Umpama seseorang menyeberang sungai Tiba ditengah-tengahnya Sungai itu banjir besar Dalamnya menenggelamkan manusia Banyak manusia yang mati
8. BEBAYA ingkang TUMEKA WARATA SA TANAH JAWI ginawe KANG paring Gesang TAN kenging dipun singgahi WIT ing donya puniki wonten ing SAKWASANIPUN sadaya PRA JAWATA kinarya AMERTANDHANI JAGAD IKI YEKTI ANA KANG AKARYA
8. Bahaya berdatangan Merata se pulau Jawa Membuat kesengsaraan Tak terhindarkan Disaat kondisi ini Berada dalam kemaha kekuasaan Tuhan Semua sebagai kesaksian Hasil kehendak-Nya Bumi ini benar ada yang menciptakan
9. WARNA-WARNA KANG BEBAYA ANGRUSAKEN TANAH JAWA sagung tiyang nambut KARYA PAMEDAL boten NYEKAPI priyayi KEH beranti SUDAGAR TUNA sadarum WONG GLIDHIK ORA MINGSRA WONG TANI ORA NYUKUPI PAMETUNE akeh SIRNA aneng WANA
9. Bermacam-macam bahaya itu yang merusak tanah Jawa yang bekerja penghasilannya tak cukup Para petinggi negara banyak yang susah hatinya Para pedagang menderita rugi Rakyat tidak sejahtera Petani tidak cukup pendapatannya Penghasilan mereka banyak hilang di hutan
10. BUMI ILANG BERKATIRA AMA kathah KANG NDHATENGI KAYU kathah ingkang ILANG CINOLONG dening SUJANMI PAN RISAKNYA NGELANGKUNGI karena REBUT rinebut RISAK TETANING Janma YEN Dalu Grimis KEH MALING YEN RINAWA kathah TETIYANG AMBEGAL
10. Bumi tidak menghasilkan Hama tanaman banyak menyerang Kayu (dihutan) banyak hilang Dicuri orang-orang Kerusakan (hutan) berat Karena orang-orang berebutan Mereka tidak berbudi Kalau hujan banyak pencuri Kalau kemarau banyak perampok
11. HERU-HARA SAKEH Janma REBUTAN NGUPAYA BUKTI TAN NGETANG ANGGERING PRAJA TAN TAHAN PERIHING ATI KATUNGKA PRAPTANEKI PAGEBLUG ingkang LINANGKUNG LELARA NGAMBRA-Ambra WARADIN SAKTANAH JAWI enjing SAKIT sorenya sampun PRALAYA
11. Huru-hara manusia Berebut mendapat makanan Tidak mentaati aturan pemerintah tidak tahan kesedihan Silih berganti kedatangannya Terus berlanjut tiada henti Penyakit menyebar kemana-mana keseluruh tanah Jawa Pagi sakit sorenya mati
12. Kesandung WOHING PRALAYA KASELAK BANJIR ngemasi udan BARAT SALAH MANGSA ANGIN gung ANGGEGRESI KAYU gung BRASTA SAMI TINEMPUHING ANGIN AGUNG KHATAH REBAH AMBLASAH Lepen-Lepen samya BANJIR lamun TINON PAN kados samodra BENA
12. Selain kematian manusia juga banjir memprihatinkan Hujan lebat tidak teratur musimnya angin kencang menakutkan Pohon-pohon besar bertumbangan Dilanda angin kencang Banyak yang amblas Sungai-sungai semua meluap Terlihat seperti lautan luas
13. ALUN minggah ing daratan KARYA RUSAK tepis WIRING KANG dumunung KERING KANAN Kajeng akeh ingkang KELI KANG tumuwuh APINGGIR samya kentir TRUSING LAUT SELA GENG SAMI BRASTA KABALEBEG katut KELI GUMALUNDHUNG GUMLUDHUG SUWARANIRA
13. Laut meluap ke darat Merusak tepi laut Penduduk sengsara Banyak orang yang hilang Dengan apa yang ada Semua terseret ke laut Semuanya musnah Terkurung tak terkecuali Suaranya bergemuruh dahsyat
14. Hardi AGUNG-AGUNG samya HURU-HARA nggegirisi GUMLEGER SUWARANIRA lahar Wutah KANAN KERING AMBLEBER ANGELEBI NRAJANG WANA LAN DASAGUNG MANUNGSANYA KEH BRASTA kebo SAPI samya GUSIS SIRNA GEMPANG tan wonten MANGGA PULIHA
14. Gunung besar-besar semuanya Kacau balau menakutkan Gemuruh suaranya Lahar dimuntahkan kekanan kekiri Meluas menenggelamkan membabat hutan dan pedesaan Manusia banyak yang mati Kerbau sapi semua musnah Hancur lebur tak ada tersisa
15. Lindu PING pitu SEDINA KARYA SISAHING SUJANMI SITINIPUN samya nela BREKASAKAN KANG NGELESI ANYERET sagung JANMI manungsa pating GALURUH kathah KANG NANDHANG roga WARNA-WARNI ingkang SAKIT Awis WARAS akeh KANG PRAPTANG PRALAYA
15. Gempa tujuh kali sehari Membuat susah manusia Kondisinya memelaratkan manusia Tanah terbelah menganga Menyeret semua yang hidup kedalamnya Manusia menjerit-jerit Banyak pula yang menderita sakit Beragam penyakitnya Tak bisa sembuh banyak yang mati
16. SABDA Palon nulya MUKSWA SEKEDHAP boten kaeksi wangsul ING JAMAN Gaib langkung ngungun SRI BUPATI NJEGREG TAN BISA Angling ING MANAH langkung GEGETUN KEDUWUNG LEPATIRA MUPUS karsaning DEWADI kodrat IKU SAYEKTI TAN kena owah
16. Sabda Palon kemudian menghilang Seketika tidak terlihat Kembali ke sorga Prabu Brawijaya sangat berduka Menyesal tak bisa diulangi Hatinya sangat kesal Merasa bersalah Sudah kehendak Tuhan Nasib itu benar tidak bisa diubah

dikutip dari:

Mantra mantra gaib SRi Ganesh


Ganesha merupakan salah satu dewa istimewa dalam agama hindu, karena Ganesha menjadi “Pemuka” sebelum memberi hormat kepada Brahma, Wisnu, dan Shiwa.Selain itu Ganesha juga dipercaya  sebagai dewa penghancur segala rintangan dan dewa ilmu pengetahuan.
Berikut adalah beberapa syarat dalam melakukan japa mantra Ganesha :

1.Mandi yang bersih terlebih dahulu, termasuk membersihkan paha dan kaki
2.Membaca mantra dengan sepenuh hati, minimum 108 kali (pergunakan tasbeh). Pengucapannya boleh dalam hati atau dengan mengeluarkan suara.
3.Jika ingin yang paling serius, pembacaan/pengucapan mantra dilakukan selama 48 hari berturut-turut secara kontinu. Usahakan di tempat dan waktu yang sama.
4.Tujuan yang terbaik dengan mantra adalah untuk menolong manusia lain/pribadi sendiri.
5.Jangan bertujuan buruk kepada manusia lain, akan kena diri sendiri.
Inilah beberapa Mantra  Ganesha yang dapat di gunakan untuk melakukan japa ;

1.Om Gam Ganapatayae Namaha
Mantra ini dipergunakan untuk memulai sesuatu yang baru, seperti memulai perjalanan, mengadakan usaha baru, buka kantor baru, penandatanganan kontrak-dagang baru, sehingga pelaksanaan usaha tidak menemui hambatan-hambatan.

2. Om Namo Bhagabatae Gajaanaaya Namaha
Mantra ini untuk meminta kehadiran Ganesha, dan akan dapat dirasakan kehadirannya.

3. Om Shri Ganeshaaya Namaha
Mantra ini untuk meningkatkan daya-ingat (terutama pelajar dan mahasiswa) untuk mencapai tingkat lebih tinggi dalam belajar.

4. Om Vakratundaaya Hum
Mantra ini sangat kuat untuk menghambat dan menghilangkan pikiran-pikiran buruk, baik untuk pribadi maupun untuk manusia di tingkat nasional maupun internasional bahkan tingkat universal. Sering dipergunakan untuk mengusir setan. Dapat juga untuk penyembuhan penyakit yang berkaitan tulang belakang (dari bawah ke atas) dan penyakit dipaha. Untuk itu harus diucapkan 1008 kali (bukan 108 kali !).

5. Om Kshipra Prasadaya Namaha
Mantra ini bersifat “instant” (cepat sekali). Mantra ini diucapkan, ketika ada bahaya atau kesulitan yang sudah tidak bisa diatasi sendiri.

6. Om Shreem Kleem Glaum Gam Ganapatayae Vara Varada Sarva Janamah Vashanamanaaya Svaha
Mantra ini mengandung bermacam-macam benih mantra. Tujuannya adalah untuk mohon berkat dan untuk penyerahan diri.

7. Om Sumukhaaya Namaha
Mantra ini sesungguhnya memiliki banyak arti, tujuannya menjadikan manusia menjadi cantik, baik (tubuh dan spritual) dan untuk hal-hal lain yang baik. Dengan sering mengucapkan mantra ini, akan menimbulkan rasa kasih-sayang.

8. Om AekadanTaaya Namaha
Mantra ini akan sangat membantu kepada mereka yang ingin “memusatkan” pikiran dan perasaan dalam bermeditasi. Jika dilakukan terus menerus, maka keinginan dapat dicapai.

9.Om Kapilaaya Namaha
Mantra ini untuk menyembuhkan manusia yang sedang sakit, karena mantra ini menciptakan warna dan tubuh anda, dan warna-warna itu dapat “disalurkan” kepada yang sakit untuk disembuhkan.  Mantra ini juga dapat dipergunakan untuk memohon agar keinginan seseorang dapat tercapai.

10. Om Gajakaranakaaya Namaha
Anda dapat mengucapkan mantra ini dimana saja. Penggunaan mantra ini adalah untuk dapat mendengarkan suara-suara dari alam gaib, baik dari berbagai jenis makhluk halus maupun dari mereka yang sudah meninggal. Mantra ini dapat membantu
“membuka” cakra (7 cakra) dan 72000 nadi (saluran-saluran kecil). Mantra ini cocok untuk mereka yang ingin maju di bidang pengembangan kebatinannya.

11. Om Lambodharaaya Namaha
Mantra ini digunakan untuk “menyatukan” diri anda dengan jagat-raya (alam semesta). Anda menjadi manunggal dengan alam-semesta dan menghasilkan rasa-damai tingkat tinggi, anda merasakan menjadi alam-semesta. Mantra ini sangat cocok dipergunakan mereka yang melakukan “olah batin”.

12. Om Vikataaya Namaha
Mantra ini membantu manusia mengetahui dan merasakan bahwa dunia material adalah maya dan ada “sesuatu” dalam diri sendiri yang lebih nyata dan abadi.
Kesadaran yang diperoleh dari mantra ini, adalah dapat menjauhkan diri dari “keterikatan duniawi” dan menemukan ketenangan batiniah. Dunia hanya sebuah drama dan setiap orang menjadi pemeran tertentu dalam setiap kehidupannya di dunia
yang fana ini.

13. Om Vighna Nashanaaya namaha
Mantra ini untuk mengatasi kesulitan pribadi dan hambatan-hambatan dalam diri sendiri. Kesulitan dan hambatan tsb. Dapat “dibebaskan” dengan mantra ini.

14. Om Vinayakaaya Namaha
Mantra ini dipergunakan untuk melancarkan segala macam pekerjaan/usaha. Anda akan dapat menguasai dan memecahkan masalah dengan baik serta membuat “masa keemasan”.

15 Om Dhumraketuvae Namaha
Mantra ini untuk membantu menciptakan perdamaian dunia, terutama jika pengaruh komet Halley sedang melanda dunia yang berarti banyak pertumpahan darah (keributan-keributan) di seluruh dunia. Mantra ini baik sekali untuk para pemimpin.

16. Om Ganadhyakshaaya Namaha
Mantra ini sangat bermanfaat untuk penyembuhan penyakit secara massal (beramai-ramai). Mantra ini menyembuhkan penyakit, jika diucapkan bersama-sama banyak orang.

17. Om Bhalachandraaya Namaha
Mantra ini menyembuhkan penyakit pada diri sendiri. Mantra ini mengaktifkan cakra yang berada di tengah-tengah kening. Cakra ini bersimbol bulan-separoh dan letaknya di tengah-tengah kening. Simbol tsb. Melukiskan pengembangan, ketenangan,
dan kedamaian.

18. Om Gajaananaaya Namaha
Mantra ini untuk memperoleh kesadaran- tertinggi, kesadaran tak terbatas. Mantra ini sangat cocok untuk mereka yang memperdalam olah-batin.


Anjuran:
Mereka yang ingin mempergunakan mantra-mantra tersebut diatas perlu memperhatikan:
1.Agar serius melakukannya
2.Agar bersabar menanti hasilnya
3.Agar berdisiplin untuk mengucapkan secara teratur dan kontinu
4.Untuk mempermudah hitungan, agar mempergunakan tasbeh yang 108.